Senin, 18 Mei 2009

kerajaan pagaruyung

http://www.ziddu.com/download/4809040/3611525-Kerajaan-Pagaruyung.pdf.html

hubungan suku maya

Hubungan antara Suku Maya dan Asia menarik minat sejumlah sejarahwan dan antropolog. Pasalnya, candi-candi yang terletak di kompleks Chichen Itza mirip dengan candi di Asia. Bahkan, ada pula yang persis dengan yang dimiliki Indonesia. Lantas, bagaimana para ahli menjelaskan adanya persamaan antara bahasa Jepang dan Bahasa Maya. Apakah Suku Maya dan Asia berasal dari satu nenek moyang? Ataukah mereka pernah menetap di Asia, termasuk Indonesia?

Kompleks candi suku Maya di Chichen Itza dibangun sekitar tahun 502-522 Masehi. Ia merupakan bangunan peninggalan Suku Maya yang paling lengkap dan terawat dengan baik. Kompleks candi ini cukup luas dan tiap candi terpisah satu sama lain. Di tengah-tengah berdiri Candi El Castilo yang bentuknya menyerupai piramida dengan atap terpancung. Yang mengherankan, Candi El Castilo mirip dengan Candi Sukuh di Kabupaten Karanganyar, Jawa tengah.

Candi Sukuh sendiri terletak di sisi barat Gunung Lawu, tepatnya di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Bangunan yang ditemukan pada tahun 1815 ini dibangun pada abad XV. Awalnya, candi ini dianggap bercorak Hindu dengan adanya relief lingga yoni yang melambangkan kesuburan. Namun, melihat bangunannya lebih mirip dengan punden berundak yang umum pada masa megalitikum. Candi yang terletak di tempat yang sunyi ini hingga sekarang masih menyimpan misteri dan menjadi bahan perdebatan para sejarahwan nasional.

Tentang keterkaitan candi Suku Maya dan Indonesia pernah menjadi bahan penelitian Prof. Gualberto Zapata Alonzo. Dalam bukunya bertajuk An Overview of The Mayan World yang terbit di Yucatan, Meksiko tahun 2002, Prof Alonzo menyebutkan, seni dan kesadaran beragama Suku Maya memiliki persamaan dengan India, Indocina dan Indonesia.

Candi Tikal di Guatemala ada kesamaan dengan piramida Naksei Chan Crong di Angkor, Kamboja. Begitu pula dengan Candi di Paleque, Meksiko. Candi itu mirip dengan Candi Ajanata di India. Selain itu, simbol-simbol agama dan mitos binatang Suku Maya mirip dengan di Jawa dan Indocina. Dalam Mahabharata dan Ramayana terdapat pula suku dengan panggilan Maya. Bahkan, pada agama Hindu terdapat dewa bernama Maya.

Alonzo dalam bukunya juga mencatat keheranan seorang mahasiswa Jepang ketika bertandang ke Guatemala. Saat itu ia bertugas mengantar para antropolog ke Chiapas dan melalui perbatasan Guatemala. Mahasiswa bernama Yutaca Yanome itu kaget ketika mendengar percakapan beberapa Suku Maya Tojolabalas yang satu bus dengan mereka. Ia mengaku sedikit memahami kata-kata yang diucapkan Suku Maya itu.

Keterkaitan Maya dan Asia ini pernah dirangkum Ignacio Magaloni Duarte dalam Educadores del Mundo (Pendidik Dunia). Di buku yang terbit tahun 1968 ini Duarte membuktikan bila Suku Maya pernah tinggal di Jepang, Cina, Mesir dan Negara Asia lainnya. Saat berkunjung ke India, mereka disebut Suku Naga. Duarte berani memproklamirkan bila Suku Naga itu Suku Maya dari kemiripan penyebutan angka dari 1 sampai 10.

Suku Naga menyebut angka 1-10 dengan: 1:Hun, 2:Cas,3:Ox, 4:San,5:Ho, 6:Usac, 7:Uac, 8:Uaxax, 9.Bolam, 10:Lahun. Sementara Suku Maya menyebut angka 1-10 dengan: 1:Hun, 2:Ca, 3:Ox, 4:Can, 5:Ho, 6:Uc, 7:Uac, 8:Uaxax, 9.Bolom, 10:Lahun.

Bila Suku Maya pernah menetap di Jepang dan India, bisa jadi mereka juga pernah singgah di Kepulauan Indonesia. Namun, si penulis buku ini tidak ingin berlarut-larut membahas hal yang masih mengandung tanda tanya ini. Misteri hubungan Suku Maya dan Indonesia ini hanya secuil kisah perjalanan Sigit Susanto ketika berkunjung ke Meksiko. Ia masih memiliki beraneka pengalaman unik dari perjalanannya mengelilingi hampir seluruh Benua Eropa, Tunisia dan Kuba. Seperti pengalamannya memancing ikan di Swiss.

Ia melongo melihat prosedur memancing yang ribet seperti mendaftar ke perguruan tinggi. Untuk mendapatkan izin memancing, ia harus memberitahu si petugas terlebih dahulu, apakah memancing di pinggir danau atau di tengah danau. Tarif izinnya berbeda. Memancing di tengah danau jauh lebih mahal. Setelah itu, ia harus mengisi berbagai formulir dan dikirim kembali ke kantor perikanan di akhir tahun. Kemudian, ikan hasil pancingan natinya harus ditimbang dan dicocokkan dengan gambar dalam brosur. Jenis, nama dan jumlah ikan harus dicantumkan.

Meski sempat menggerutu, si penulis kagum dengan upaya pelestarian alam negara itu. Ia bandingkan dengan kampung halamannya di Indonesia dimana warganya bebas memancing. Malangnya, banyak ikan-ikan di samuderanya kerap dicuri nelayan asing.

Membaca tulisan Sigit ini si pembaca disuguhi hal-hal yang jarang ditemukan di catatan perjalanan pada umumnya. Ia pergi melancong bukan hanya menikmati keindahan alam melainkan juga menyesapi budaya dan sejarah setempat dan menuruti kegemarannya akan sastra. Ketika berkunjung ke Belanda, ia sempatkan menengok rumah Multatuli yang melejit dengan Max Havelar. Di Praha ia berziarah ke makam Kafka dan menelusuri jejak Goethe di Strassbourg, Perancis. Sebuah buku yang unik dan layak dikoleksi mereka yang haus petualangan dan pengetahuan.

Kamis, 16 April 2009

video amatir galodo tanah datar 2009

http://rapidshare.com/files/222204817/galodo_tanah_datar.wmv.html

cerita rakyat minangkabau

http://www.ziddu.com/download/4326785/file.pdf.html

Rabu, 15 April 2009

candi sukuh






Candi Sukuh adalah sebuah kompleks candi agama Hindu yang terletak di Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi ini dikategorikan sebagai candi Hindu karena ditemukannya obyek pujaan lingga dan yoni. Candi ini digolongkan kontroversial karena bentuknya yang kurang lazim dan karena banyaknya obyek-obyek lingga dan yoni yang melambangkan seksualitas.

Sejarah penemuan

Situs candi Sukuh dilaporkan pertama kali pada masa pemerintahan Britania Raya di tanah Jawa pada tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta. Johnson kala itu ditugasi oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data-data guna menulis bukunya The History of Java. Setelah masa pemerintahan Britania Raya berlalu, pada tahun 1842, Van der Vlis, arkeolog Belanda, melakukan penelitian. Pemugaran pertama dimulai pada tahun 1928.

Pada teras pertama terdapat gapura utama. Pada gapura ini ada sebuah sangkala dalam bahasa Jawa yang berbunyi gapura buta abara wong. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gapura sang raksasa memangsa manusia”. Kata-kata ini memiliki makna 9, 5, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1359 Saka atau tahun 1437 Masehi.

Gapura pada teras kedua sudah rusak. Di kanan dan kiri gapura yang biasanya terdapat patung penjaga pintu atau dwarapala, didapati pula, namun dalam keadaan rusak dan sudah tidak jelas bentuknya lagi. Gapura sudah tidak beratap dan pada teras ini tidak dijumpai banyak patung-patung. Namun pada gapura ini terdapat sebuah candrasangkala pula dalam bahasa Jawa yang berbunyi gajah wiku anahut buntut. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gajah pendeta menggigit ekor”. Kata-kata ini memiliki makna 8, 7, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1378 Saka atau tahun 1456 Masehi. Jadi jika bilangan ini benar, maka ada selisih hampir duapuluh tahun dengan gapura di teras pertama!

Pada teras ketiga ini terdapat pelataran besar dengan candi induk dan beberapa relief di sebelah kiri serta patung-patung di sebelah kanan. Jika para pengunjung ingin mendatangi candi induk yang suci ini, maka batuan berundak yang relatif lebih tinggi daripada batu berundak sebelumnya harus dilalui. Selain itu lorongnya juga sempit. Konon arsitektur ini sengaja dibuat demikian. Sebab candi induk yang mirip dengan bentuk vagina ini, menurut beberapa pakar memang dibuat untuk mengetes keperawanan para gadis. Menurut cerita, jika seorang gadis yang masih perawan mendakinya, maka selaput daranya akan robek dan berdarah. Namun apabila ia tidak perawan lagi, maka ketika melangkahi batu undak ini, kain yang dipakainya akan robek dan terlepas.

Tepat di atas candi utama di bagian tengah terdapat sebuah bujur sangkar yang kelihatannya merupakan tempat menaruh sesajian. Di sini terdapat bekas-bekas kemenyan, dupa dan hio yang dibakar, sehingga terlihat masing sering dipergunakan untuk bersembahyang.

Kemudian pada bagian kiri candi induk terdapat serangkaian relief-relief yang merupakan mitologi utama Candi Sukuh dan telah diidentifikasi sebagai relief cerita Kidung Sudamala. Urutan reliefnya adalah sebagai berikut.

Di bagian kiri dilukiskan sang Sahadewa atau Sadewa, saudara kembar Nakula dan merupakan yang termuda dari para Pandawa Lima. Kedua-duanya adalah putra Prabu Pandu dari Dewi Madrim, istrinya yang kedua. Madrim meninggal dunia ketika Nakula dan Sadewa masih kecil dan keduanya diasuh oleh Dewi Kunti, istri utama Pandu. Dewi Kunti lalu mengasuh mereka bersama ketiga anaknya dari Pandu: Yudhistira, Bima dan Arjuna. Relief ini menggambarkan Sadewa yang sedang berjongkok dan diikuti oleh seorang punakawan atau pengiring. Berhadapan dengan Sadewa terlihatlah seorang tokoh wanita yaitu Dewi Durga yang juga disertai seorang punakawan.

Pada relief kedua ini dipahat gambar Dewi Durga yang telah berubah menjadi seorang raksasi (raksasa wanita) yang berwajah mengerikan. Dua orang raksasa mengerikan; Kalantaka dan Kalañjaya menyertai Batari Durga yang sedang murka dan mengancam akan membunuh Sadewa. Kalantaka dan Kalañjaya adalah jelmaan bidadara yang dikutuk karena tidak menghormati Dewa sehingga harus terlahir sebagai raksasa berwajah buruk. Sadewa terikat pada sebuah pohon dan diancam dibunuh dengan pedang karena tidak mau membebaskan Durga. Di belakangnya terlihat antara lain ada Semar. Terlihat wujud hantu yang melayang-layang dan di atas pohon sebelah kanan ada dua ekor burung hantu. Lukisan mengerikan ini kelihatannya ini merupakan lukisan di hutan Setra Gandamayu (Gandamayit) tempat pembuangan para dewa yang diusir dari sorga karena pelanggaran.

Pada bagian ini digambarkan bagaimana Sadewa bersama punakawannya, Semar berhadapan dengan pertapa buta bernama Tambrapetra dan putrinya Ni Padapa di pertapaan Prangalas. Sadewa akan menyembuhkannya dari kebutaannya.

Adegan di sebuah taman indah di mana sang Sadewa sedang bercengkerama dengan Tambrapetra dan putrinya Ni Padapa serta seorang punakawan di pertapaan Prangalas. Tambrapetra berterima kasih dan memberikan putrinya kepada Sadewa untuk dinikahinya.

Lukisan ini merupakan adegan adu kekuatan antara Bima dan kedua raksasa Kalantaka dan Kalañjaya. Bima dengan kekuatannya yang luar biasa sedang mengangkat kedua raksasa tersebut untuk dibunuh dengan kuku pañcanakanya.

Lalu pada bagian kanan terdapat dua buah patung Garuda yang merupakan bagian dari cerita pencarian tirta amerta (air kehidupan) yang terdapat dalam kitab Adiparwa, kitab pertama Mahabharata. Pada bagian ekor sang Garuda terdapat sebuah prasasti.

Kemudian sebagai bagian dari kisah pencarian amerta tersebut di bagian ini terdapat pula tiga patung kura-kura yang melambangkan bumi dan penjelmaan Dewa Wisnu. Bentuk kura-kura ini menyerupai meja dan ada kemungkinan memang didesain sebagai tempat menaruh sesajian. Sebuah piramida yang puncaknya terpotong melambangkan Gunung Mandaragiri yang diambil puncaknya untuk mengaduk-aduk lautan mencari tirta amerta.

Selain candi utama dan patung-patung kura-kura, garuda serta relief-relief, masih ditemukan pula beberapa patung hewan berbentuk celeng (babi hutan) dan gajah berpelana. Pada zaman dahulu para ksatria dan kaum bangsawan berwahana gajah.

Lalu ada pula bangunan berelief tapal kuda dengan dua sosok manusia di dalamnya, di sebelah kira dan kanan yang berhadapan satu sama lain. Ada yang berpendapat bahwa relief ini melambangkan rahim seorang wanita dan sosok sebelah kiri melambangkan kejahatan dan sosok sebelah kanan melambangkan kebajikan. Namun hal ini belum begitu jelas.

Kemudian ada sebuah bangunan kecil di depan candi utama yang disebut candi pewara. Di bagian tengahnya, bangunan ini berlubang dan terdapat patung kecil tanpa kepala. Patung ini oleh beberapa kalangan masih dikeramatkan sebab seringkali diberi sesajian.

kuil cinta


Khajuraho – Temple Of Love

Kuil Khajuraho, suatu kuil agama Hindu di India. Berbeda sekali dengan kuil lainnya. Karena terdapat banyak pahatan2 orang bercinta (ML). Penasaran ?

Khajuraho, sering disebut sebagai “Temple Of Love” atau “Temple Of Kamasutra”, merupakan suatu kuil paling rumit dalam seni dan arsitekturnya di India. Dipercaya bahwa dari kuil inilah kamasutra berasal. Kuil ini di bangun antara tahun 950 dan 1050, saat Dinasti Hindu Chandela berkuasa yang dipercaya menggunakan kuil ini sebagai pemujaan pada Dewa Bulan. Letak kuil ini tepatnya di bukit sebelah Utara India, dimana sungai membelah di tengahnya. Ratusan mil dari peradaban, jauh di pedalaman India didalam hutan dimana masih banyak hidup binatang buas seperti harimau. Kompleks kuil ini terdiri dari 85 bangunan, namun karena iklim, cuaca, sekarang ini yang tersisa hanya 22 bangunan, itupun berada dalam kondisi yang parah. Dari 22 kuil itu 2 diantaranya hasil direhab ulang. Kuil Khajuraho ini sangat unik, karena banyak pahatan2 erotis di dindingnya seperti gallery. Kuil ini ditemukan oleh orang Inggris T.S. Burt pada pertengahan abad 19, namun yang mengenalkan serta mempelajari serius tentang kuil ini adalah seorang bernama Alexander Cunningham.

Menurut Sejarawan Seni dari Univ Pennsylvania Michael Meister, mengatakan bahwa bangunan kuil yang sepintas terlihat serupa dengan konstruksi Katedral Gothic di Eropa menduga ukiran dikuil merupakan suatu model kosmos, yaitu bagaimana dunia diciptakan, dan perbedaan dari dunia.

Di Khajuraho, kuil besar didirikan di podium tinggi. Lantai podium melambangkan dunia, di lantai bawah dasar podium saat berada di bawahnya ada papan gambar yang menempel di seluruh lantai bawah yang menunjukkan semua aspek dari kehidupan manusia. Ada relief yang menggambarkan prajurit, raja, dan pekerja yang mengukir batu untuk kuil. Dunia abad pertengahan India bukan merupakan dunia yang hebat. Banyak kebudayaan yang memiliki simbol untuk mewakili alam semesta, tapi hanya di India yang punya penekanan pada erotisme.

Sampai saat ini kuil Khajuraho masih merupakan teka teki besar, banyak sekali pertanyaan yang tak terjawab terutama sekali karena memang kurangnya catatan yang ada. Apa fungsi dari kuil itu ? Mengapa dan untuk apa relief erotis yang ada pada dinding kuil itu ? Apa tujuannya ? Apakah mencerminkan peradaban saat itu ? dan berbagai pertanyaan yang hingga sampai kini masih simpang siur kebenarannya. Karena minimnya catatan yang ada maka hanya legenda dan mitos yang dipakai. Ada beberapa legenda tapi yang dikupas hanya yang paling populer saja. Abis ntar tempatnya lagian kan cape ngetik mulu…

The Legends and Miths

Ada seorang gadis jelita bernama Hemvati, putri seorang Hemraj, Bhahmana di Kasih (Varanasi). Suatu ketika pada malam hari di musim panas, Hemvati mandi di kolam teratai, si dewa bulan terpesona oleh kecantikannya, lalu berubah wujud menjadi manusia dan merayunya. Lalu terjadilah hubungan badan antara manusia dan dewa bulan yang kemudian membuahkan anak laki2 tampan yang diberi nama Chandravarman. Karena tertekan oleh masyarakat, dan malu akan reputasinya karena hamil, dan dalam kebingungannya, si Dewa bulan menjanjikannya akan menjadikan putranya seorang yang gagah berani. Dan berkata “Bawalah di ke Kajjurpura, Putramu akan menjadi seorang raja besar, dan akan membangun banyak kuil dikelilingi oleh danau dan taman. Putramulah yang nantinya akan menghapus semua dosa2mu lewat ritual suci (yagya)”. Kemudian mengikuti perintah si Dewa Bulan, pergilah Hemvati kabur dari rumah untuk melahirkan di suatu desa yang terpencil.

Ketika Chandravarman berumur 16 tahun, dia menjadi seorang pemuda yang gagah berani, serta kuat. Dia sanggup membunuh harimau hanya dengan kosong. Hemvati memohon pada si Dewa Bulan agar menghadiahkan putranya kemewahan, dikisahkan Chandravarman mampu mengubah batu menjadi emas hanya dengan menyentuhnya. Chandravarman lalu mengangkat dirinya menjadi raja di Kajuraho, membangun fortress di Kalinjar.

Atas permintaan ibunya, yang diterima lewat mimpi2nya, maka Chandaravarman mulai membangun kuil2 yang menampilkan semua hasrat dan fantasi seksual, di sekitar danau dan taman sebanyak 85 kuil, dan membentuk suatu “bhandya-yagya” untuk menebus dosa sang ibu.

Banyak yang mempercayai bentuk2 seni erotis yang diukir di Khajuraho merupakan suatu bentuk visualisai dari Kamasutra, yang menggambarkan seni seksual antara Shiva dan Parvati. Di India saat ini khajuraho merupakan suatu tempat yang paling banyak dikunjungi wisatawan seluruh dunia setelah Taj Mahal.

Struktur Kuil Khajuraho terbagi menjadi 3 bagian, dimana tiap2 bagian dibagi menjadi sub-sub bagian lagi.

Group Sebelah Barat
Kuil di area ini besar2 dan terdekorasi, yang melambangkan kekuasaan dan kekayaan pimpinannya. Kebanyakan di tujukan kepada Vishnu atau Shiva.

Kuil Kandariya Mahadeo (1025-1050 AD)
Dengan tinggi 31 meter, kuil ini merupakan kuil terbesar dan terindah reliefnya, pemujaan kepada Dewa Shiva, dan melambangkan ‘linga’, tau dong linga tuh apa ?

Kuil Chaunsath Yogini
Ditujukan kepada Dewa Kali.

Kuil Chitragupta
Ditujukan kepada Dewa Matahari (Surya Dev), Dibagian depan kuil ini dan dibagian depan kuil Vishwanatha seringkali di pentaskan tarian selama Festival Khajuraho.

Kuil Vishwanatha (1002 AD)
Gambaran Dewa Brahma berkepala tiga terlihat disini.

Kuil Lakshmana (930-950 AD)
Menggambarkan Triniti dari Dewa Brahma, Dewa Vishnu, dan Dewa Shiva bersamaan dengan Dewi Lakshmi, Istri Dewa Vishnu.

Kuil Matangeshwara

Group Sebelah Timur

Kuil Ghantai
Inilah kuil Jain, terkenal dengan ornamen2nya yang ditunjukkan dengan 16 Impian ibu Mahavira, dan kebaikan seorang jain yang diwujudkan dengan sayap garuda.

Kuil Vamana

Kuil Javari

Kuil Brahma
Kuil ini dikenal dengan 4 muka Bharma

Kuil Hanuman
Kuil dengan tinggi 8 feet, di sini terdapat patung Hanuman.

Kuil Adinath
Kuil ini ditujukan pada Jain Tirthankara Adinath.

Group Sebelah Selatan
Hanya ada 2 Kuil di group selatan,

Kuil Duladeo (1130 AD)
Seluruh kuil ini terdiri dari relief erotis Shiva dan Parvati, dan didalamnya terdapat a large Shiva lingam. Tau kan lingam ?

Kuil Chaturbhuja ( 1100 AD )
Satu2nya kuil yang tidak ada relief sensualnya. Kuil ini dibangun oleh Lakshavarman utamanya untuk Vishnu tangan empat ‘Chaturbhuja’ yang dibawa dari Tibet. Selain itu juga reinkarnasi Vishnu yang dikenal sebagai ‘Narasingha avatar’ (Separo manusia, separo harimau ). Juga ada gambaran reinkarnasi Shiva sebagai ‘Ardhanarishvara’ the four-armed god of destruction.

Hingga saat ini di Khajuraho, ritual keagamaan masih tetap berlangung. Setiap tahun di musim gugur, para wanita desa ambil bagian dalam upacara kesuburan kuno. Setiap pagi mereka bangun saat subuh, memakai pakaian terbaik mereka dan berjalan menuju kuil Chausath Yogini. Di sana, sebelum memasuki kuil, mereka memberi Persembahan bunga dan air. Para gadis berdoa agar pria baik dapat menjadi suaminya, wanita yang telah menikah berdoa agar diberikan anak. Sejarawan seni Devongan Nagasai adalah pemimpin dalam erotisme India. Ia menemukan bahwa Dewi Durga/ Dewi kesuburan memiliki akar kuno dalam aspek seksual dari agama di India. Gambar erotik dari abad 2 SM yang berhasil ditemukan pada seni India pada umumnya dianggap merupakan sesuatu yang dapat membawa keuntungan dan mereka diharapkan dapat mengusir setan. Gambar-gambar erotik telah ada sebelumnya, jauh hingga 2000 SM. Ukiran ini berasal dari pemujaan ibu para dewi. Ia memiliki kekuatan atas masalah dasar kehidupan. Khajuraho Festival Dance.

Struktur didalam kuil Khajuraho terdiri dari 2 bagian, yaitu area umum, dan tempat suci yang didalamnya dihubungkan dengan jalan pintas. Jalan ini merupakan tempat ritual yang dipercaya untuk mempertemukan manusia dengan dewa. Ada mitos yang mengatakan kalo menikah di area ini, maka setelah meninggal akan jadi dewa. Ada yang minat ?

santet dan logika

cara mengatasi santet secara fisika bukan mantra-mantraan, tapi bena atau gk nya silahkan aja dicoba sendiri yaa aaah . . . .


Cara 1
Tidurlah dilantai yang langsung menyentuh bumi. Boleh gunakan alas tidur asal tidak lebih dari 15 Cm. Dengan tidur dilantai maka santet kesulitan masuk karena terhalang muatan (-) dari bumi.


Cara 2
Membuat alat elektronik yang mampu memancarkan gelombang bermuatan (-). Mahluk halus, jin, santet dll akan menjauh jika terkena getaran alat ini. Tapi Kelemahan alat ini tidak mampu mendeteksi mahluk baik dan jahat. Jadi, alat ini akan “menghajar” mahluk apa saja. Jika ada jin baik dan jin jahat maka keduanya akan “diusir” juga.


Cara 3
Melakukan gerakan senam khusus dimana tapak kaki harus menyentuh bumi. Gerakan senam ini hanya punya satu gerakan inti saja jadi mudah sekali dilakukan oleh anak2 hingga orang tua. Selain utk penyembuhan berbagai penyakit medis yg sulit sembuh, senam ini cukup banyak menyelesaikan kasus santet juga. Ini murni senam, tanpa mantra atau pernafasan khusus.


Cara 4
Menanam pohon atau tanaman yang memiliki muatan (-). Bagi yang peka spiritual, aura tanaman ini adalah terasa “dingin”. Pohon yang memiliki muatan (-) diantaranya : dadap, pacar air, kelor, bambu kuning dll. Tanaman sejenis ini paling tidak disukai mahluk halus. Biasanya tanaman bermuatan (-) ini tidaklah mencengkram terlalu kuat di tanah (bumi) dibandingkan dengan tanaman bermuatan (+)


Lain halnya dengan pohon yang memiliki muatan (+) seperti pohon asem, beringin, belimbing, kemuning, alas randu dll maka phohon sejenis ini tentu akan menarik mahluk halus dan seringkali dijadikan tempat tinggal. Hal ini dikarenakan ada gaya tarik menarik antara pohon (+) dan mahluk halus (-) sesuai hukum C Coulomb.

Senin, 09 Februari 2009

Samudera Pasai

Ditulis oleh Ruswandi di/pada September 27, 2008

Sebuah negeri yang hijau dengan kota pelabuhannya yang besar dan indah.” Begitulah petualang Muslim asal Maroko, Ibnu Batutta, menggambarkan kekagumannya terhadap keindahan dan kemajuan Kerajaan Samudera Pasai yang sempat disinggahinya selama 15 hari pada tahun 1345 M.

Dalam catatan perjalanan berjudul Tuhfat Al-Nazha, Ibnu Batutta menuturkan, pada masa itu Samudera Pasai telah menjelma sebagai pusat studi Islam di Asia Tenggara. Jauh sebelum ‘Sang Pengembara Muslim’ itu menginjakkan kakinya di kerajaan Muslim pertama di Nusantara itu, seorang penjelajah asal Venicia, Italia bernama Marco Polo pada tahun 1292 M.

Marco Polo bertandang ke Samudera Pasai saat menjadi pemimpin rombongan yang membawa ratu dari Cina ke Persia. Bersama 2.000 pengikutnya, Marco Polo singgah dan menetap selama lima bulan di bumi ‘Serambi Makkah’ itu. Dalam kisah perjalanan berjudul Travel of Marco Polo, pelancong dari Eropa itu juga mengagumi kemajuan yang dicapai kerajaan yang terletak di Aceh itu.

Sejarah mencatat, Kerajaan Samudera Pasai berdiri lebih awal dibanding Dinasti Usmani di Turki yang sempat menjadi adikuasa dunia. Jika Ottoman mulai menancapkan kekuasaannya pada tahun 1385 M, maka Samudera Pasai sudah mengibarkan bendera kekuasaannya di wilayah Asia Tenggara pada tahun 1297 M. Raja pertama Samudera Darussalam bernama Merah Silu.

Hikayat Raja-raja Pasai menceritakan asal-muasal penamaan kerajaan yang berada di pantai utara Sumatera. Syahdan, suatu hari Merah Silu melihat seekor semut raksasa yang berukuran sebesar kucing. Merah yang kala itu belum memeluk Islam menangkap dan memakan semut itu. Dia lalu menamakan tempat itu Samandra.

Tak semua orang percaya kisah yang berbau legenda itu. Sebagian orang meyakini kata Samudera berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti ‘laut’. Sedangkan kata Pasai diyakini berasal dari Parsi, Parsee atau Pase. Saat itu, banyak pedagang dan saudagar Muslim dari Persia-India alias Gujarat singgah ke Nusantara.

Merah Silu kemudian memutuskan untuk masuk Islam dan berganti nama menjadi Malik Al-Saleh. Dia mulai menduduki tahta Sultan Samudera Pasai pada tahun 1297 M. Berdirinya Kerajaan Samudera Pasai bersamaan dengan melemahnya dominasi Kerajaan Sriwijaya. Konon, Malik Al-Saleh bukanlah pendiri Kerajaan Samudera Pasai.

Ada yang menyebutkan kesultanan itu didirikan Nazimuddin Al-Kamil, seorang laksamana laut asal Mesir. Sekitar tahun 1283 M, Pasai dapat ditaklukan Nazimuddin. Ia lalu mengangkat Merah Silu menjadi Raja Pasai pertama dengan gelar Sultan Malik Al-Saleh. Di bawah kepemimpinan Malik Al-Saleh, Samudera Pasai mulai berkembang. Tahta Malik Al-Saleh yang berkuasa selama 29 tahun akhirnya diganti Sultan Muhammad Malik Al-Zahir (1297 M - 1326 M).

Pada era kepemimpinan Al-Zahir, Samudera Pasai mencapai puncak kejayaannya. Ibnu Batutta yang berkunjung di era kepemimpinan Al-Zahir mencatat berbagai kemajuan yang telah dicapai Samudera Pasai.

Menurut Battuta, Samudera Pasai begitu subur. Aktivitas perdagangan dan bisnis di kerajaan itu sudah begitu berkembang pesat. Hal itu dibuktikan dengan sudah digunakannya mata uang emas. Batutta juga tak bisa menutupi rasa kagumnya begitu berkeliling kota pusat kerajaan itu. Ia begitu takjub melihat sebuah kota besar yang sangat indah dengan dikelilingi dinding dan menara kayu.

Di masa keemasannya, Samudera Pasai pun menjelma menjadi pusat perdagangan internasional. Kerajaan pelabuhan Islam itu begitu ramai dikunjungi para pedagangan dan saudagar dari berbagai benua seperti, Asia, Afrika, Cina dan Eropa. Kejayaan Samudera Pasai yang berada di daerah Samudera Geudong, Aceh Utara, diawali dengan penyatuan sejumlah kerajaan kecil di daerah Peurelak, seperti Rimba Jreum dan Seumerlang.

Di abad ke-13 M hingga awal abad ke-16 M, Pasai merupakan wilayah penghasil rempah-rempah terkemuka di dunia, dengan lada sebagai salah satu komoditas andalannya. Setiap tahunnya, Pasai mampu mengekspor lada sekitar 8.000 hingga 10 ribu bahara. Tak cuma itu, Pasai pun merupakan produsen komoditas lainnya seperti sutra, kapur barus serta emas.

Sebagai alat tukar perdagangan, Samudera Pasai sudah memiliki mata uang emas, yakni dirham. Selain menjalin kongsi dengan negara-negara dari luar Nusantara, hubungan dagang dengan pedagang-pedagang dari Pulau Jawa pun begitu baik. Bahkan, para saudagar Jawa mendapat perlakuka yang istimewa. Mereka tak dipungut pajak. Biasanya para saudagar dari Jawa menukar beras dengan lada.

Sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara, Samudera Pasai juga memiliki kontribusi yang besar dalam pengembangan dan penyebaran Islam di Tanah Air. Samudera Pasai banyak mengirimkan para ulama serta mubaligh untuk menyebarkan agama Allah SWT ke Pulau Jawa. Selain itu, banyak juga ulama Jawa yang menimba ilmu agama di Pasai. Salah satunya adalah Syekh Yusuf — seorang sufi dan ulama penyebar Islam di Afrika Selatan.

Wali Songo merupakan bukti eratnya hubungan antara Samudera Pasai dengan perkembangan Islam di Pulau Jawa. Konon, Sunan Kalijaga merupakan menantu Maulana Ishak, Sultan Pasai. Selain itu, Sunan Gunung Jati yang menyebarkan Islam di wilayah Cirebon serta Banten ternyata putera daerah Pasai.

Kesultanan Samudera Pasai begitu teguh dalam menerapkan agama Islam. Tak heran, bila kehidupan masyarakatnya juga begitu kental dengan nuansa agama serta kebudayaan Islam. Inilah yang membuat Aceh kemudian dikenal sebagai Serambi Makkah. Pemerintahnya bersifat teokrasi berdasarkan ajaran Islam. Sebagai sebuah kerajaan yang berpengaruh, Pasai juga menjalin persahabatan dengan penguasa negara lain seperti Campa, India, Tiongkok, Majapahit, dan Malaka.

Pada tahun 1350 M, Kerajaan Majapahit menggempur Samudera Pasai dan mendudukinya. Samudera Pasai pun mulai mengalami kemunduran. Sekitar tahun 1524 M, wilayah Pasai berhasil diambil kerajaan Aceh. Sejak saat itulah, riwayat kejayaan Samudera Pasai berakhir.

Saksi Sejarah Kejayaan Pasai

Sebagai kerajaan Islam pertama yang pernah berjaya di bumi Nusantara, Samudera Pasai meninggalkan berbagai peninggalan penting. Berikut adalah saksi sejarah kejayaan Samudera Pasai.

* Deureuham atau Dirham

Dirham merupakan alat pembayaran dari emas tertua di Asia Tenggara. Mata uang ini digunakan Samuedera Pasai sebai alat pembayaran pada masa Sultan Muhammad Malik al-Zahir. Pada satu sisi dirham atau mata uang emas itu tertulis; Muhammad Malik Al-Zahir. Sedangkan di sisi lainnya tercetak nama Al-Sultan Al-Adil. Diameter Dirham itu sekitar 10 mm dengan berat 0,60 gram dengan kadar emas 18 karat.

* Cakra Donya

Cakra Donya adalah hadiah yang diberikan Kaisar Cina kepada Sultan Samudera Pasai. Hadiah berupa bel itu terbuat dari besi dan diproduksi pada tahun 1409 M. Bel itu dipindahkan ke Banda Aceh sejak Portugis dikalahkan oleh Sultan Ali Mughayat Syah.

* Makam Sultan Malik Al-Saleh .

Makam Malik Al-Saleh terletak di Desa Beuringin, Kecamatan Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe. Nisan makam sang sultan ditulisi huruf Arab.

* Makam Sultan Muhammad Malik Al- Zahir

Malik Al-Zahir adalah putera Malik Al- Saleh, Dia memimpin Samudera Pasai sejak 1287 hingga 1326 M. Pada nisan makamnya yang terletak bersebelahan dengan makam Malik Al-Saleh, tertulis kalimat; Ini adalah makam yang dimuliakan Sultan Malik Al-Zahir, cahaya dunia dan agama. Al-Zahir meninggal pada 12 Zulhijjah 726 H atau 9 November 1326.

Sultan Malik al-Saleh (1267 M - 1297 M)
Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297 M - 1326 M)
Sultan Ahmad Laidkudzahi (1326 M - 1383 M)
Sultan Zainal Abidin Malik al-Zahir (1383 M - 1405 M)
Sultan Shalahuddin (1405 M - 1412 M).

Para Penguasa Pasai

* Malik Al-Saleh

Menurut Marco Polo, Malik Al-Saleh adalah seorang raja yang kuat dan kaya. Ia merupakan sultan pertama Kerajaan Samudera Pasai. Awalnya, sang Sultan bernama Merah Silu. Setelah masuk Islam, ia diberi sebuah nama yang biasa digunakan Dinasti Ayyubiyah di Mesir.

Konon, dia diangkat menjadi sultan di Kerajaan Samudera Pasai oleh seorang Laksamana Laut dari Mesir bernama, Nazimuddin Al-Kamil. Malik Al-Saleh menikah dengan puteri raja Perlak. Hikayat Raja-raja Pasai menceritakan bagaima Merah Silu memutuskan untuk memeluk agama Islam.

Menurut legenda masyarakat itu, suatu hari Malik Al-Saleh bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Setelah itulah, ia lalu memutuskan untuk masuk Islam. Ketika berkuasa, Malik Al-Saleh menerima kunjungan Marco Polo. Menurut Marco Polo, Malik Al-Saleh menghormati Kubalai Khan — penguasa Mongol di Cina.

Konon, seorang putera Malik Al- Saleh ada yang memutuskan untuk hijrah menyeberangi lautan menuju Beruas (Gangga Negara). Di wilayah itu, sang pangeran mendirikan kesultanan. Bukti-bukti arkeologis menunjukkan makam Malik Al-Saleh berada di desa Beuringin, Kecamatan Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe.

* Sultan Malik Al-Zahir

”Sultan Mahmud Malik Al-Zahir adalah seorang pemimpin yang sangat mengedepankan hukum Islam. Pribadinya sangat rendah hati. Ia berangkat ke masjid untuk shalat Jumat dengan berjalan kaki. Selesai shalat, sultan dan rombongan biasa berkeliling kota untuk melihat keadaan rakyatnya,” begitu Ibnu Battuta menggambakan sosok Al-Zahir.

Di bawah kekuasaannya, Samudera Pasai mencapai Kejayaannya. Menurut Ibnu Batutta, Al-Zahir merupakan penguasa yang memiliki ghirah belajar yang tinggi untuk menuntut ilmu-ilmu Islam kepada ulama. Dia juga mencatat, pusat studi Islam yang dibangun di lingkungan kerajaan menjadi tempat diskusi antara ulama dan elite kerajaan.

Bagi Ibnu Batutta, Al-zahir adalah salah satu dari tujuh raja yang memiliki kelebihan luar biasa. Ketujuh raja yang luar biasa itu antara lain; raja Iraq yang dinilainya berbudi bahasa; raja Hindustani yang disebutnya sangat ramah; raja Yaman yang dianggapnya berakhlak mulia; raja Turki dikaguminya karena gagah perkasa;

Raja Romawi yang sangat pemaaf; Raja Melayu Malik Al-Zahir yang dinilainya berilmu pengetahuan luas dan mendalam, serta raja Turkistan.

Sebagai raja, Al-zahir juga merupakan sosok yang sangat saleh, pemurah, rendah hati, dan mempunyai perhatian kepada fakir miskin. Meskipun ia telah menaklukkan banyak kerajaan, Malikul Dhahir tidak pernah bersikap jumawa. Kerendahan hatinya itu ditunjukkan sang raja saat menyambut rombongan Ibnu Battuta.

Para tamunya dipersilakan duduk di atas hamparan kain, sedangkan ia langsung duduk di tanah tanpa beralas apa-apa. Untuk mengenangnya, di makamnya terpatri kata-kata penghormatan: yang mulia Malik Al-Zahir, cahaya dunia sinar agama.

Heri Ruslan di Harian Republika